Mengasihi

oleh : RT dalam Warta 110410

Tetap semangat ! setiap kondisi akan mengajarkan kepada kita hikmat Tuhan, yang akan membuat kita memahami makna dari kehidupan ini sehingga dalam dinamika kehidupan kita ini selalu kita menjadi pemenang nya.

Dimulai dari bulan April 2010 ini, setelah kita masuk dalam masa puasa 40 hari maka kita akan memfokuskan,memahami & melakukan perintah Tuhan :

“Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
Dan hukum yang kedua,
yang sama dengan itu, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Matius 22 : 38 – 39

Mengapa kita perlu mengasihi ?
Sejak awal, manusia diciptakan Tuhan dengan rencana :

TUHAN Allah berfirman:
"Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.
Aku akan menjadikan penolong baginya,
yang sepadan dengan dia."
Kejadian 2 : 18.

Tuhan merencanakan manusia tidak hidup sendirian saja, sepi, egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Tuhan merencanakan manusia hidup dalam komunitas, sebagai mahkluk sosial, yang mampu mengembangkan dirinya dalam menjalin hubungan satu dengan yang lain.

Untuk pengembangan diri inilah Tuhan menaruh dalam diri manusia sesuatu yang penting, berharga & mempunyai manfaat yaitu : Kerinduan untuk mengasihi & dikasihi.

Jadi kita mengasihi karena sejak awal, Tuhan merencanakan manusia bersosialisasi dengan manusia dengan kekuatan kasih.

Mari kita mengasihi !

Mengasihi Dalam Komunitas

oleh : YFH untuk Warta 250410


Yohanes 13:34 “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”

Kata mengasihi memiliki sifat aktif. Tidak pernah ada seseorang mengasihi orang yang lain tapi tidak melakukan apapun.

Selain itu kata mengasihi butuh obyek. Bisa berupa barang, hewan peliharaan, ataupun sesama manusia. Sekalipun sang obyek tidak membalas memberi kasih, kadang orang yang bersangkutan tidak mempermasalahkannya. Tetapi, bila sang obyek membalas kasihnya, tentu akan memberikan kebahagiaan pada yang memberi.

Disinilah komunitas dapat berperan. Karena di dalam komunitas, orang dapat berlatih mengasihi satu sama lain. Kasih yang tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi kasih yang memiliki nuansa saling. Baik subyek maupun obyek mendapat kesempatan untuk praktek mengasihi. Melakukan Firman Tuhan dalam Matius 22:39 “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Dalam Komunitas, tiap orang dapat mengembangkan kapasitasnya untuk dapat menjadi pribadi yang sanggup mengasihi tanpa syarat. Di lain sisi, orang yang sama dapat berlatih untuk dapat menjadi pribadi yang sanggup menerima kasih dari orang lain.

Memilihi kemampuan mengasihi dan dikasihi apa adanya bukanlah hal yang mudah dilakukan. Karena, ketika sebuah hubungan semakin dekat, semakin jelas pulalah sifat-sifat jelek seseorang. Semakin tampak menjengkelkan seseorang jadinya. Di saat seperti itu, tentu sukar untuk tetap bisa mengasihi dan dikasihi.

Tapi justru disinilah seni berkomunitas. Bisa tampil apa adanya. Bisa menerima dan diterima apa adanya. Saling berproses untuk jadi lebih dewasa dalam kasih Kristus. Setelah mengenal sisi gelap orang lain, tujuan berkomunitas bukanlah untuk saling menjatuhkan, tetapi untuk saling membangun, mendorong, dan menguatkan.

Proses belajar ini tentu sukar ditemui dalam pertemuan ibadah yang melibatkan banyak orang. Secara alamiah, orang mudah terbuka dihadapan teman-teman yang sudah dikenal baik. Komunitas yang hanya terdiri atas beberapa orang saja adalah tempat yang tepat untuk kita belajar kasih. Jumlah orang yang sedikit memungkinkan kita untuk dapat berproses secara dalam. Hubungan yang dikembangkan tidak hanya sampai di permukaan saja.

Jadi, mari kita belajar dan berlatih saling mengasihi dalam komunitas.