Hati dari Injil

Oleh : JLo dalam Warta 300510

Semakin saya terlibat dalam kehidupan komunitas diakonia dan mengenal lingkungan yang ada di sekitar mereka, saya melihat ada banyak hal yang selama ini tidak pernah saya bayangkan bahwa perbuatan-perbutatan yang menurut saya tidak layak dilakukan, dapat terjadi di sekitar kita. Seorang ibu yang rela menawarkan anaknya untuk dijual karena kondisi perekonomian keluarganya yang berkekurangan, ada seseorang yang dikucilkan oleh orang tua dan keluarganya dengan memasukkannya ke tempat rehabilitasi sakit jiwa, padahal secara kejiwaan dia normal, ada wanita yang seijin dan sepengetahuan suaminya menjajakan diri untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dan banyak hal lain yang membuat kita tercengang. Gambaran ini adalah realita dari masyarakat yang ada di sekitar kita, yang membutuhkan terang Injil-Nya

Apa yang dapat dilakukan oleh gereja ? Apakah gereja masih tetap bermain dengan konsep dalam mengemban Amanat Agung tak ada pergerakan dan hanya sibuk mengurusi dirinya sendiri, sedangkan komunitas di sekitarnya sedang kehilangan nilai-nilai kebenaran. Sebagai orang yang beridentitas Kristen, bangga karena telah dibenarkan dan dikuduskan, sekarang yang menjadi pertanyaannya apakah kekristenan kita telah menyentuh kehidupan orang lain atau cukup buat diri kita sendiri, Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia diciptakan untuk berkomunitas, tidak untuk diri sendiri dan gereja di utus di komunitasnya untuk menjawab kebutuhan komunitasnya. Menjadi jawaban dan bukan menjadi penilai, menjadi jawaban dibutuhkan tindakan nyata bukan hanya nasihat.
Yakobus 2:15-17  
"Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?
Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. "

Setelah Yesus mengalami pencobaan di padang gurun dan kembali ke tempat asalnya Dia masuk ke dalam rumah ibadah dan membacakan kitab Yesaya 61.

Luk 4:18-19  
"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."

Dan beberapa waktu setelah itu perkataan kitab nabi Yesaya yang Dia baca itu, menggerakkan Dia dalam pelayanan yang dilakukan-Nya. Satu teladan yang luar biasa tanpa banyak konsep dan teori, Yesus memberikan teladan kepada gereja untuk bergerak melangkah kedepan.  Digerakkan oleh belas kasihan-Nya menjamah mereka yang membutuhkan. Di sekitar kita ada banyak orang yang tertawan oleh kemiskinan, mengalami ketidakadilan, sakit dan terlantar.

Di luar dari segala kesalahan yang mereka lakukan dan nilai-nilai hidup mereka yang rusak dalam hidup ini, kita harus menyatakan kasih Kristus bagi mereka. Perubahan mereka tidak dicapai secara instan. Kita dipanggil untuk memuridkan bukan untuk menyulap mereka untuk berubah dalam sekejap. Dan pemuridan membutuhkan proses. Milikilah semangat yang menggerakkan belas kasihan Tuhan dalam diri kita sehingga bisa melakukan pekerjaan pelayanan yang dipercayakan Tuhan bagi orang–orang di sekitar kita.

Renungkan dan jawablah pertanyaan di bawah ini.
Peran apa yang dapat saya lakukan dalam pelayanan kepada mereka yang membutuhkan dan dengan mudah memperhatikan orang-orang dalam komunitasku?

Semakin kita menjadi seperti Yesus, semakin belas kasihan akan menjadi bagian dari karakter kita – Jon Walker

Tuhan memberkati.

Pribadi Yang POSITIF

Oleh : Kur dalam Warta 230510
Suatu ketika, Antoni  sedang bepergian ke Bendungan Wonorejo dengan menggunakan mobil barunya, di tengah perjalanannya yang naik-turun dan berliku, ketika  sedang melewati Tikungan yang tajam, muncullah dari arah yang berlawanan sebuah kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi dan sang pengemudi dari arah berlawanan berkata dengan nada keras, “Sapi..!!” (Sontak karena kaget) Antoni membalas, “Kalau Aku Sapi, kamu (maaf) Tahi Sapi..!!”,ujarnya sambil muka merah. Beberapa saat setelah melewati Tikungan Tajam tersebut mobil Antoni menabrak seekor Sapi  yang tepat berada di jalurnya.

Saudara, banyak diantara kita yang terkadang mengalami hal ini. Dalam dunia Neuro Linguistik disebut dengan “Hijacking”/pembajakan Amygdala, dimana otak yang seharusnya mampu menerima informasi dengan proses penalaran,telah ‘dipotong’ jalurnya, seperti gambar dibawah ini : 


Untuk menjadi manusia yang positif, saya pikir anda setuju dengan saya bahwa hal tersebut dibentuk dengan serangkain proses yang dimulai dengan pikiran. Dengan pikiran yang positif tersebut akan mempengaruhi tingkah laku kita, dari tingkah laku akan membentuk kebiasaan, yang kemudian kebiasaan kitalah yang akan membentuk karakter kita,seperti gbr berikut :


Jika yang kita masukan berupa inputan yang “positif” maka hal positif tersebut akan diproses oleh Otak, sehingga kita dapat merespon dengan “positif”. INGAT..!! Biasakan untuk melakukan proses penalaran secara ‘tuntas’, bahkan ketika menghadapi situasi sangat sulit yang menuntut pengambilan keputusan yang cepat, karena dengan begitu kita mengurangi terjadinya ‘pembajakan’ yang terjadi di otak kita,”bagaimana caranya..?”, “Mudah saja, biasakan ketika anda sedang berada pada situasi yang menekan, hiruplah nafas yang panjang”, “Nafas??”, “Iya, karena dengan menghirup nafas yang panjang kita memberikan asupan oksigen yang cukup ke otak sehingga pada saat yang bersamaan anda memberikan kesempatan pada otak anda untuk meneruskan informasi pada pusat penterjemah/cortex untuk ‘berfikir’ dan memberikan stimulus pada anggota tubuh yang lain agar memberikan respon yang tepat.

Amsal 19:11
“Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu patut dipuji karena memaafkan pelanggaran”.  

Dari ayat tersebut kita bisa katakan, selain menjadi pribadi yang lebih positif kita juga akan di kenal sebagai orang yang panjang sabar. Saudara sekalian, sebagai seorang yang diciptakan sesusai gambar dan rupa-NYA hendaklah kita merubah pola pikir kita terlebih dahulu agar kita dapat menjadi pribadi yang ber-karakter POSITIF. Nah saudara, dengan terus menerus melakukan hal sederhana ini, saya yakin anda akan menjadi pribadi yang lebih positif dibanding sebelumnya. Tuhan memberkati. -Q-ways-

Komunitas

Oleh : RTj dalam Warta 160510
KOMUNITAS
MENGAPA BERKOMUNITAS ? 
  1. Manusia diciptakan oleh Allah yang berkomunitas
    Waktu Tuhan ciptakan manusia Kejadian 1:26, Tuhan berfirman "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita". Kejadian pasal 1 ini sumbernya adalah sumber E yaitu Allah memberikan diri-Nya dengan nama Elohim. Dalam Ibrani akhiran im dalam Elohim menunjukkan Allah di situ adalah jamak, makanya Dia disebut Kita, kita adalah kata ganti orang pertama jamak.

    Allah yang adalah Bapa, Putra dan Roh Kudus yang menyebut dengan nama kita dengan istilah satu Elohim, setiap muncul kata Allah selalu muncul dalam kitab Kejadian dengan kata Elohim, artinya Kita.

    Elohim ini kemudian membuat keputusan untuk menjadikan manusia. Menurut konsep Ibrani: Elohim is the God of all creation, is the God the creator: Allah yang menciptakan segala sesuatu. Allah inilah yang kemudian memutuskan baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita. Bukan rupa-Ku atau rupa Bapa ! Tapi rupa Kita!

    Kita menunjukkan kata harmoni, kesepakatan, persatuan, hubungan. Kita tidak sama dengan kami. Kita itu berarti orang yang sedang diajak bicara itu terlibat didalamnya (includes you are the person with talk to, include somebody with talk to).

    Berarti Kita yang di surga ini adalah Kita yang sepakat, yang berkomunitas, yang mulia. Jadi Allah yang berkomunitas, dan Allah kesepakatan! Makanya Allah jadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, laki-laki dan perempuan.

    ALLAH kita adalah ALLAH yang berTUJUAN. TUJUAN ALLAH menciptakan manusia agar manusia dapat serupa dengan gambarNYA. Gambar ALLAH yang berkomunitas itu tentunya tercermin pada kehidupan manusia secara hakiki sejak awal proses penciptaannya.
  2. Diciptakan untuk berkomunitas
    Waktu Adam sendiri di taman Eden, Allah mengeluarkan pernyataan yang keluar dari sifatnya bukan keluar karena pemikiran pragmatis, bahwa sifat Allah adalah tidak baik manusia sendiri. Ini bukan ayat untuk pernikahan, ini ayat komunitas ! Itu pemikiran Allah!

    Kenapa tidak baik seorang diri? Karena menurut Amsal 18:1, orang yang suka menyendiri gampang darah tinggi, marah-marah, impulsif, cepat panas.

    Waktu Tuhan ciptakan manusia, Tuhan mau manusia ada dalam komunitas untuk menghasilkan kesepakatan, karena itu hukum harmoni. Ide bahwa Allah menaruh manusia di taman Eden supaya bersekutu dengannya, memberi dia seorang perempuan supaya ide komunitas di surga terjadi di bumi. Tuhan tidak mau kita tidak hidup sendiri makanya doa yang diajarkan: "Bapa kami yang di surga" bukan Bapaku yang di surga. Bapa kita adalah harmoni, relationship.

    Manusia berkomunitas merupakan salah satu dorongan naluriah yang melekat pada kehidupannya. Manusia secara naluriah akan terganggu fungsi kehidupannya secara utuh baik tubuh, jiwa dan rohnya. Ketiga komponen pada diri manusia ini perlu berinteraksi dengan sesamanya agar mengalami optimalisasi dalam pengembangannya.
  3. Ada kuasa dari sebuah komunitas
    Kekuatan yang segambar seperti Allah yang berkomunitas demikian pula waktu manusia berkomunitas akan nyata, sehingga “memaksa” Allah untuk mengabulkan permintaannya, seperti ditulis   “Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." Matius 18 : 19 – 20.

    Demikian pula yang terjadi waktu manusia merencanakan membangun menara Babel sebagai upaya menandingi Allah maka Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana” Kejadian 11 : 6. Komunitas menghasilkan kekuatan yang dahsyat sehingga surga pun hampir tidak bisa menahannya.

    Paulus menggambarkan dalam Yudas 1 : 11 “... celakalah mereka, karena mengikuti jalan yang ditempuh Kain, ...”
    Kain tidak disebut sesat/salah tapi disebut jalan yang dia pilih. Apakah jalan Kain? Jalan Kain adalah anti komunitas, anti hubungan, anti harmonisasi, anti kesepakatan dan ujungnya : anti Elohim (anti Allah).

    Hukuman Tuhan buat Kain adalah hukuman bagi banyak orang di dunia. Waktu Tuhan bertanya pada Kain : Kain, Kain dimanakah adikmu Habil? Ini bukan karena Tuhan tidak tahu, tapi Tuhan meminta pertanggungjawaban. Kata Kain: Apakah aku penjaga adikku?
    Darah adikmu sedang berteriak-teriak pada-Ku. Lalu Tuhan menghukum Kain. Dua hukuman Kain: (Kejadian 4:8-10)
    a.    Terkutuklah engkau karena tanah di tempat darah adikmu tertumpah itu tidak akan menghasilkan apapun.
    b.    Engkau akan menjadi pengembara dan pelarian.

    Persamaan pengembara dan pelarian: tidak punya tempat untuk pulang, tidak punya tempat untuk bersepakat, bersekutu. Menurut Kain hukuman itu terlalu berat. Kain berkata pada Tuhan: hukuman-Mu terlalu berat bagi hambamu.

    Jadi sebenarnya untuk gereja mula-mula hukuman terberat adalah dikeluarkan dari komunitas.

    Dalam Matius 18 dikatakan kalau ada yang berbuat dosa tegur empat mata, kalau tidak mau dengar bawa 2 atau 3 orang saksi supaya dengan keterangan 2 atau 3 orang saksi perkaranya disahkan. Jika tidak mau dengar sampaikan soalnya kepada jemaat (komunitas), kalau tetap tidak mau dengar, pandanglah dia sebagai orang luar atau pemungut cukai.

    Menurut mereka yang mengerti komunitas, keluar komunitas adalah hal yang berat. Lain dengan sekarang, kalau seorang pemain musik didisiplin, dia akan keluar dan pindah gereja lain. Mereka tidak menghargai hubungan. Mereka akan mengembara, pergi dari satu tempat ke tempat lain, mereka takut komitmen. Ini terjadi karena mereka tidak pernah belajar pentingnya komunitas dengan inti hubungan.
APAKAH KOMUNITAS ITU ?
  • Menurut kamus Bahasa Indonesia : Komunitas berarti kelompok organisme (orang dsb) yang hidup dan saling berinteraksi di suatu daerah tertentu; masyarakat; paguyuban.

    Jadi unsur dari komunitas adalah kelompok orang, yang hidup, saling berinteraksi dan ada di suatu daerah tertentu.
  • Community :
    •    People living in one place, district or country, considered as a whole.
    •    Group of people of the same religion, race, occupation etc, or with share interests.
    •    Condition of sharing, having things in common, being a like in some way – a feeling of sharing the same attitudes, interests, etc.
  • Communion :
    •    Holy communion  Celebration of the Lord ‘s Supper.
    •    Group of people with the same religius beliefs.
    •    Communion with something or somebody  state of sharing or exchanging the same thoughts or feelings
  • Communal (adj) :
    •    For the use of all; shared
    •    Between different groups in a community
  • Commune (verb) :
    •    Talk to somebody intimately
    •    Feel close to somebody/  something
  • Commune (Noun) :
    •    Group of people, not all of one family, living together & sharing property & responsibilities
  • Larry Crab dalam bukunya “The Safest place on earth” memberikan ide dasar yang mungkin lebih baik mendefinisikan KOMUNITAS ROHANI dengan melihat kata penyusunnya. Komunitas rohani terdiri dari 2 kata yaitu :

    •    Komunitas (community) berasal dari kata serapan dalam bahasa Inggris Community, berasal dari akar kata common yang berarti bersama. Common berasal dari bahasa Yunani KOINONIA yang salah satunya berarti saling, mendapat bagian/ berbagi. Dimana menurut ilmu sosiologi yang membedakan komunitas dan kelompok sosial yaitu karena adanya interaksi (hubungan saling) antar anggotanya.

    •    Rohani (Spiritual) berkaitan dengan kata roh (spirit), dalam bahasa yunani adalah pneumatikos, yang secara sederhana berarti di pimpin oleh roh (Galatia 5:16)

    Komunitas Rohani adalah sekelompok orang yang saling berinteraksi dimana roh yang mengarahkan & membimbing. Ada 2 unsur penting dalam komunitas, yaitu hubungan (interaksi) dan pimpinan roh. 

"KELUARGA" dalam filosofi "GEREJA SEBAGAI KELUARGA"

Oleh : ISK dalam Warta 090510

Apa yang terpikir dalam benak Anda saat muncul istilah seperti ini? “Saudara dalam Kristus”, “Gereja adalah keluarga”, dan masih banyak istilah-istilah lain yang bisa saja membuat kita bertanya-tanya. Tapi, apakah kita semua benar-benar bisa menjadi “Saudara dalam Kristus”? apakah setiap orang “Kristen” adalah saudara dalam Kristus? Apakah tidak terpikir sedikitpun untuk mengoreksi keabsahan “persaudaraan” itu?

Saya berpikir dalam perenungan saya mengenai bentuk “persaudaraan dalam Kristus ini”. Siapakah yang berhak menjadi “saudara dalam Kristus”? Dalam pemikiran saya, tentunya tidak semua orang bisa “seenaknya” menjadi saudara saya. Andapun pastinya akan berpikir seperti itu, bukan?

Mari sejenak kita renungkan ayat-ayat dibawah ini:
Markus 3:33-35
Jawab Yesus kepada mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!  Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”

Standar persaudaraan dalam Kristus sangat jelas disini. Bahwa seseorang akan dikenali sebagai saudara dalam Kristus, bukan hanya saat seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dalam pandangan saya, menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi “hanyalah” merupakan fase awal saja, yaitu sebagai sebuah embrio persaudaraan.

Melakukan kehendak Allah

Permasalahan bukan terletak pada saat seseorang menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dalam pembahasan Yesus, saya justru melihat adanya sebuah proses hidup, bertumbuh, dan bertambah-tambah dalam dimensi yang jauh lebih luas dari apa yang sebenarnya banyak orang pikirkan dan yakini. Itulah mengapa dalam perkataan-nya Yesus mengungkapkan definisinya mengenai “persaudaraan Kristus” itu, yaitu bahwa orang yang “melakukan kehendak Allah” adalah benar-benar layak disebut sebagai “saudara dalam Kristus”.

Lalu, apa yang perlu dipahami dengan “melakukan kehendak Allah”? apakah melakukan semua perintah Allah dalam Alkitab bisa disamakan dengan dengan melakukan kehendak Allah. Bukannya bermaksud pesimistik dalam hal ini, tapi pertanyaan paling realistis adalah: apakah kita mampu melakukan semuanya tanpa cacat dan cela?

Dalam hal ini, sebuah cerita yang cukup menarik untuk disimak terjadi saat Yesus bertemu dengan seorang pemuda kaya yang menginginkan  kekekalan terjadi dalam hidupnya (Mat 19: 16-22). Dalam dialog tersebut, Yesus menanggapi dengan menanyakan tentang hal melakukan perintah hukum taurat. Suatu hal yang luar biasa adalah bahwa pemuda ini mengatakan telah melakukan semuanya (tidak ada catatan mengenai pemuda ini berbohong atau benar-benar jujur, apa pendapat Anda?). Tantangan Yesus sesaat kemudian menjadi sangat menarik, – begitu tajam, begitu mengoyak ego pemuda kaya ini – yaitu saat Yesus menanyakan siapkah pemuda ini menjual semua hartanya dan mengikut Yesus kemanapun Dia pergi. Pemuda ini digambarkan begitu sedih mendengarnya.

Perintah-perintah yang tertulis dalam alkitab benar-benar berguna untuk memberikan tuntunan, memberikan sejumlah inspirasi, dalam kehidupan ini (Mazmur 119:105). Tapi, apakah yang benar-benar menjadi kehendak Allah dalam kehidupan untuk dikejar? Apakah pedoman hidup bisa serta merta disamakan dengan kehendak Allah secara spesifik dalam kehidupan kita? Bahkan seseorang yang bukan Kristen sekalipun bisa saja melakukan perintah-perintah dalam alkitab. Tapi apakah ini yang menjadi titik sentral pertanyaan ”melakukan kehendak Allah”?

Kalau kita merujuk pada cerita mengenai Yesus dan pemuda kaya tadi, maka bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa melakukan kehendak Allah adalah saat seseorang mengikuti Tuhan (dan semua kemauan serta rencana-Nya) kemanapun dan kapanpun Dia menginginkannya. Ini berarti bahwa melakukan kehendak Allah sama dengan memahami rencana Allah secara spesifik dalam hidup dan mewujudkannya dengan segenap potensi berdasarkan pedoman kebenaran firman Tuhan yang telah tertulis.

Orang percaya dalam konsep gereja mula-mula

Dalam konsep gereja mula-mula, para pengikut Kristus banyak disebut dengan istilah “orang percaya”. Namun, konsep orang percaya disini bukan hanya dipahami sebagai orang-orang yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka secara pribadi. Konsep “orang percaya” disini ditunjukkan sebagai orang-orang atau sekumpulan orang-orang yang bukan hanya memiliki iman percaya, tapi lebih dari itu mempraktekkan gaya hidup Kristus seperti yang terlihat dalam kehidupan gereja mula-mula (Kis 2:41-47) serta mengejar (menghidupi) apa yang menjadi visi dan rencana Allah (Mat 28:18-20) dengan cara yang tidak bisa kita bayangkan sulitnya.

Kehidupan dengan pemahaman yang luar biasa seperti yang ditunjukkan diatas – sekalipun gereja mula-mula berada dalam tekanan politik dan sosial yang hebat – terbukti menghasilkan “persaudaraan  Kristus” yang luar biasa. Hasilnya pastilah kita semua mengetahuinya. Yaitu, jumlah orang-orang percaya semakin meningkat dengan luar biasa dari hari ke hari. Dan bukan hanya itu, “persaudaraan Kristus” ini menjadi begitu disegani diman-mana.
“Persaudaraan Kristus”, “persaudaraan iman”, atau apapun istilahnya (seharusnya) selalu menghasilkan dampak yang besar. Desain Allah mengenai hal ini sangat jelas. Yaitu agar dalam persaudaraan tersebut, setiap orang didalamnya mampu berfungsi dengan baik, mampu mengenali rencana-Nya yang berujung pada nama-Nya dipermuliakan atas seluruh bumi.
Itulah mengapa fase menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat “hanyalah” merupakan sebuah embrio persaudaraan yang masih harus di rawat, ditumbuhkan dan didewasakan bersama-sama (pribadi dan komunitas) sampai akhirnya mencapai fase “persaudaraan Kristus” sebagai tanda kedewasaan.

Standar persaudaraan dalam Kristus sangat ketat


Sedikit uraian diatas menunjukkan bahwa untuk mengatakan menjadi “saudara seiman” atau mengaku sebagai ”keluarga Kristus” atau “gereja sebagai keluarga” selalu memiliki standar yang jelas dan ketat. Tidak hanya kelompok atau komunitas yang membuat seseorang merasa nyaman didalamnya, tapi lebih dari itu, kelompok atau komunitas yang berorientasi pada penggenapan rencana Allah dengan menggunakan standar kehidupan firman Allah.

Ada begitu banyak orang dan bahkan gereja sangat menyepelekan hal ini. Mereka membuat banyak peyederhanaan-penyederhanaan hanya supaya orang atau gereja tidak ditinggalkan. Akan tetapi, dampak yang dihasilkan dari kehidupan dalam gereja mula-mula justru menjungkir balikkan pandangan yang meyebutkan bahwa orang atau gereja akan ditinggalkan karena tidak bisa mengadopsi gaya hidup modern yang serba instan didalam kehidupannya. Dalam kehidupan gereja mula-mula, sangatlah tidak mudah bagi seseorang untuk menjadi anggota ”persaudaraan” ini. Hal ini dikarenakan begitu ketat dan tingginya standar yang diterapkan, disamping juga untuk menjaga keamanan mereka dari pemerintahan represif saat itu.

Hari-hari ini kita mendapatkan begitu banyak kemudahan dalam beribadah, membangun komunitas, dan sebagainya. Akan tetapi, bukan berarti kemudahan-kemudahan ini akan serta merta melunturkan standar “persaudaraan Kristus” yang telah dibanghun-Nya, bukan? Proses menggenapi rencana Allah bukanlah sebuah proses yang instan. Allah kita adalah Allah yang alami – yang sangat mencintai proses. Standar Allah bukan untuk menyusahkan anak-anak-Nya, tapi justru untuk membuat kita semua menjadi orang, dan gereja yang efektif, yang mampu bertahan dan menjawab tantangan setiap masa. Jangan mudah terbuai dengan cara yang gampang, yang pada akhirnya justru akan mengaburkan nilai-nilai kerajaan Allah dalam “persaudaraan Kristus” itu sendiri.

Sekarang adalah saatnya bagi kita untuk memilih. “Persaudaraan” seperti apa yang hendak kita bangun bersama-sama? Apakah kita akan memilih untuk menajdi gampangan atau malah memilih untuk mecintai standard an proses-Nya? Saya sangat yakin bahwa saat kita semua mau dan mampu mencapai standar Kristus bersama-sama, pelan tapi pasti akan ada dampak yang luar biasa, yang menggelinding semakin besar seperti bola salju, yang akan membuat nama Kristus akan dimuliakan diaman-mana. Selamat memilih, dan selamat menjalani prosesnya. Gbu

KOMUNITAS LEBIH DARI SEKEDAR KONSEP

Oleh : JLo dalam Warta 020510
Sekelompok anak muda di New Mexico memiliki kegiatan tahunan dengan melakukan pendakian gunung di daerah Colorado, di antara mereka terdapat seorang gadis yang mengalami kelumpuhan sejak kecil, bernama Claire. Karena dia selalu berada di atas kursi rodanya, sehingga dia seringkali tidak bisa mengikuti kegiatan keluar yang membutuhkan banyak aktivitas fisik. Tetapi pada tahun ini komunitas anak-anak muda tersebut memutuskan untuk merencanakan aktivitas dengan mengikut sertakan Claire. Tidak dengan membatalkan kegiatan ” Mountain Climbing Adventure” mereka, tetapi mereka mengubah tema tersebut menjadi “ Let’s get Claire to the Top of the mountain” Tujuan mereka adalah untuk menemukan cara bagi Claire melakukan aktivitas pendakian tersebut dengan aman bersama mereka.

Dari cerita di atas ada satu nilai penting yang perlu diperhatikan, bahwa dalam komunitas, kelemahan seseorang seharusnya tidak menghalangi dia untuk bisa mencapai sasaran dalam hidupnya, karena ada saudara-saudara dalam komunitas yang memperhatikan,  mendukung dan sepakat membantu mengatasi setiap kelemahannya sehingga dia mengalami kemenangan dalam kehidupan ini.

Sudahkah kita sebagai komunitas rohani, saling mempedulikan, dengan memberi diri  bagi saudara kita yang lemah, secara fisik,  maupun yang lemah dalam hal rohani dan mental mereka. Kita perlu melakukannya lebih dari sekedar hanya membicarakannya.  Dalam hubungan berkomunitas diperlukan kesadaran bahwa orang-orang yang dipercayakan Tuhan, di sekitar kita dan menjadi bagian dari komunitas kita, mereka  adalah karya Tuhan yang belum selesai, potensi berharga yang belum menemukan tujuannya, oleh sebab itu janganlah saling menghakimi dan  menilai berdasarkan ukuran manusia. Menjadi tugas kita dalam komunitas untuk saling membantu dan mendorong setiap pribadi menggenapi tujuan yang Tuhan sudah tetapkan kepadanya.

”Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia.” 
2 Korintus 5 : 16a

”Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.
Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. ”
Galatia 6 :1-2

Do all you can to push each other to the top.  
- Jlo.