Orang Miskin Di Sekitar Kita

Oleh : JLo dalam Warta 260910

Kenapa kemiskinan selalu menjadi bagian dari kehidupan di dunia, dari sejak dahulu kala hingga sekarang kemiskinan tidak pernah hilang, adakah yang salah dengan orang yang tinggal dalam kemiskinan? Tetapi dalam alkitab banyak ayat yang berkata tentang kemiskinan dan memerintahkan agar umat kepunyaanNya memperhatikan orang-orang yang miskin disekitarnya.

Dalam Ulangan 15:7-11 dikatakan,
“ Jika sekiranya ada di antaramu seorang miskin, salah seorang saudaramu di dalam salah satu tempatmu, di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka janganlah engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang miskin itu, tetapi engkau harus membuka tangan lebar-lebar baginya dan memberi pinjaman kepadanya dengan limpahnya, cukup untuk keperluannya, seberapa ia perlukan. Hati-hatilah, supaya jangan timbul di dalam hatimu pikiran dursila, demikian: Sudah dekat tahun ketujuh, tahun penghapusan hutang, dan engkau menjadi kesal terhadap saudaramu yang miskin itu dan engkau tidak memberikan apa-apa kepadanya, maka ia berseru kepada TUHAN tentang engkau, dan hal itu menjadi dosa bagimu.   Engkau harus memberi kepadanya dengan limpahnya dan janganlah hatimu berdukacita, apabila engkau memberi kepadanya, sebab oleh karena hal itulah  TUHAN, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu dan dalam segala usahamu. Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu." 

Dalam ayat di atas Musa menekankan kepada umat Israel yang dipimpinNya, tentang realita kemiskinan dan bagaimana umat Tuhan harus bersikap terhadap orang miskin.

Ada 4 peringatan berbahaya dalam hal sikap terhadap orang yang miskin,
1.    “Janganlah engkau menegarkan hati…” (ay.7) sikap hati yang menolak (tidak peduli) terhadap kebutuhan orang miskin.

2.    “Janganlah menggenggam tangan…” (ay.7) menutup tangan terhadap kekurangan yang dialami oleh mereka.

3.    “Jangan timbul dalam hatimu pikiran dursila…” (ay.9) pikiran jahat dengan tidak mau memberikan pinjaman kepada orang miskin karena tahun pembebasan hutang telah dekat (tahun yobel dalam tradisi Israel), tidak mau memberikan pinjaman karena mengetahui, bahwa tidak akan dikembalikan dan itu berarti rugi.

4.    Jangan ada spirit yang menganggap bahwa orang miskin adalah beban dalam masyarakat (ay.10) Dalam ayat-ayat tersebut kita tidak hanya diperingatkan tentang egoisme, tetapi juga mendorong kita untuk memiliki kemurahan hati secara spontan.




 Dalam Matus 25:40 Yesus berkata,  
 “Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. "

Adalah baik jika pada hari Natal,  setiap keluarga  tidak berfokus pada membuka hadiah di bawah pohon Natal. Sebaliknya, mereka membuat  makanan, dan melayani sarapan untuk tunawisma. Ini adalah cara kecil tapi kreatif untuk menunjukkan kasih Allah dan kebaikan hati kepada orang miskin.Adalah suatu anugrah bagi setiap anak Tuhan dapat menunjukkan memberi dari hati yang bersedia; Namun, jika kita menunggu sampai kekayaan tumbuh, mungkin kita tidak akan pernah mulai.Kemurahan hati berasal dari hati yang telah mengalami kasih karunia Allah. Tuhan memberkati.
Jlo

Perjalanan Menuju Kesuksesan

Oleh : ISK dalam Warta 290810

Kesuksesan adalah topik yang paling banyak dibicarakan di dunia saat ini, orang haus untuk bisa meraih apa yang disebut sebagai sukses, tapi tanpa disadari penghalang dari kesuksesan kita adalah sikap yang salah dari dalam diri yang secara alami muncul karena nilai-nilai, trauma dan kebiasaan-kebiasaan buruk di masa lalu dalam menghadapi kehidupan.

Dengan mengetahui penghalang-penghalang tersebut akan mempermudah untuk mengidentifikasinya sehingga akan mudah untuk mengalahkannya.

1.    Perasaan takut yang disebabkan oleh kegagalan, kritik-kritik yang tajam, dan penolakan, seringkali mengalihkan fokus kepada Yesus yang seharusnya menjadi sumber tuntunan, untuk melangkah kepada keberhasilan, menjadi fokus kepada hal-hal yang ingin kita hindari.

2.    Kekuatiran disebabkan karena kurang percaya kepada kepastian akan pertolongan Tuhan dalam perjalanan sukses kita, pengalaman kegagalan masa lalu, pengaruh yang negative dari lingkungan, dan pengabaian kepada Firman Tuhan dapat membawa kita memiliki pandangan semacam ini.

3.    Alasan-alasan, adalah usaha untuk membuat ketidak taatan menjadi lebih nyaman, kata-kata seperti “ Orang tuaku nggak pernah mengajariku hal seperti itu”, atau“ Aku terlalu sibuk” menjadi pembenaran (yang salah) untuk kita bersikap seenaknya.

4.    Penundaan adalah suatu tindakan yang menyebabkan ketidaknyamanan dan menahan kesuksesan terjadi.

5.    Kemalasan adalah pembunuh potensi dalam diri, yang membuat seseorang gagal mencapai kemaksimalan dalam hidup.

Setiap hal di atas adalah kebiasaan-kebiasaan tidak baik dalam diri seseorang yang menahan seseorang untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh Tuhan dalam hidup ini. 

Pencapaian sukses seseorang juga membutuhkan faktor dari luar, dibutuhkan orang-orang yang bisa mendukung kita di saat ketakutan dan kekuatiran  menghalangi langkah kita, sehingga tidak tenggelam dalam kepasifan yang membuat seseorang tidak pernah mengalami peningkatan karena tidak berani melangkah.

Tetapi juga dibutuhkan teguran dan peringatan yang keras dan berani menggangu kenyamanan  dari saudara kita, saat kemalasan mulai menguasai diri dan membukakan cara berpikir  kepada pola pikir yang benar, sehingga tidak lagi membuat alasan-alasan untuk pembenaran diri sendiri, yang menghambat pemaksimalan hidup ini.

Kelemahan seseorang yang sangat mendasar adalah sulit untuk menyadari melihat diri sendiri, dan mengakui kekurangan-kekurangannya, oleh sebab itu dalam hubungan dengan hidup berkomunitas memungkinkan seseorang untuk mencapai pemaksimalan  dalam hidup.

Mari  bangun kehidupan berkomunitas, yang mana di dalamnya kita bisa saling mendukung  dalam perjalanan pemaksimalan hidup ini. Segala kemuliaan bagi Tuhan.

Membaca Warna

Oleh : Yohan C. dalam Warta 050910

Jalan raya, dimanapun dia berada dan bagaimanapun rupanya, paling tidak punya kesamaan dalam satu hal: Warna. Merah, kuning, dan hijau hadir di jalan raya bagaikan kafein dalam kopi, O2 dalam H2O, dan bintang dalam bentang langit malam. Tak terpisahkan. Warna warni tersebut tak terpisahkan baik dari diri mereka sendiri maupun dari jalan raya. Lampu lalu lintas. Itulah nama yang kita berikan pada wujud penjelmaan merah, kuning, dan hijau di jalan raya. Ini bukan penjelmaan biasa, ini adalah satu sistem yang menjaga stabilitas dan memastikan semua pengguna jalan raya berada dalam keadaan aman terkendali.


Semua pengguna jalan raya fasih bercakap bahasa warna, namun tampaknya tidak semua orang bersedia memahami makna di balik bahasa tersebut. Orang-orang tertentu hanya memaknainya sebagai warna warni yang akan membawa mereka pada hilangnya beberapa puluh ribu rupiah jika mereka mengabaikan bahasa warna tersebut, yang lain bahkan merubah kesepakatan bahasa warna yang ada menurut kemauan mereka sendiri. Dalam hal ini, hijau menjadi pemenang. Orang-orang tersebut seringkali memaknai merah dan kuning sebagai hijau. Di mata mereka, lampu lalu lintas, sesuai dengan urutannya, dari atas ke bawah, adalah hijau, hijau, dan hijau.

Ketika merah atau kuning menjadi hijau, itu bukanlah sekedar kesalahan pemaknaan bahasa warna, itu adalah pengingkaran sistem, goncangan bagi stabilitas alam jalan raya. Kalau engkau adalah pelaku perubahan makna bahasa warna tersebut, engkau sedang bersiap kehilangan sesuatu dari dirimu, bahkan dirimu sendiri. Engkau juga berpeluang besar mengambil sesuatu dari sesamamu yang ada di jalan raya. Jalan raya perlu kerjasama dari semua penggunanya, namun dia tidak pernah bisa melarang siapapun yang enggan, dia hanya punya satu pesan tak terucap yang terdengar dengan jelas: “Kalau engkau enggan, jalanan sudah tahu bagaimana seharusnya dia memperlakukanmu dengan sepantasnya.”

Kehidupan seringkali menyatakan dirinya dengan sederhana, dalam skala mikro, untuk memperkenalkan dirinya pada kita. Sore itu dia hadir, memperkenalkan secuil dari dirinya pada saya dalam wujud jalan raya. Jalan raya mempunyai warna warni merah, kuning, dan hijau yang menjelma menjadi satu sistem penjaga stabilitas bernama lampu lalu lintas. Warna warni merah, kuning, dan hijau di jalan raya mengkomunikasikan bahasa warna sederhana untuk memberitahukan pada kita kapan kita harus berhenti, bersiap untuk berhenti atau berjalan, dan kapan kita bisa terus berjalan. Semua yang ada di jalan raya akan tetap menjadi baik jika bahasa itu dipahami dengan baik pula. 

Kehidupan mempunyai berlaksa warna warni yang menjelma menjadi beragam masa dalam hidup kita. Orang bijak mengatakan bahwa segala sesuatu dalam hidup ini ada masanya, dan pada masa segala sesuatu itu terjadi, segala sesuatu itu indah belaka. Itulah kehidupan. Kau tak pernah bisa memilih yang biru dan menolak yang hitam, mengecap yang jingga tanpa mencicipi yang abu abu. Apa yang penting adalah mengenali warna kehidupan dan memahami bahasa setiap warna dengan baik sehingga kita tahu bagaimana seharusnya kita berlaku terhadap diri kita dan kehidupan, sama seperti kita mengenali dan paham bahasa warna di jalan raya.

Mengenali dan kemudian memahami makna bahasa warna di jalan raya adalah pilihan, begitu juga dengan upaya kita mengenali warna kehidupan untuk kemudian memahami atau mengingkarinya, adalah pilihan. Setiap pilihan, cepat atau lambat akan memberikan kita buah –baik pahit maupun manis- yang akan kita nikmati. Ketika putih atau ungu, atau warna apapun menyapa hidupmu, kau bisa memilih untuk menjadi serasi atau mengingkari mereka. Dalam alam jalan raya, ketika merah dan kuning menjadi hijau, stabilitas tergoncang dan kekacauan menyeruak masuk. Itulah miniatur kehidupan. Mengingkari warna yang sedang ada dalam hidup kita sama halnya dengan menorehkan padanan warna yang salah dalam kanvas hidup kita. Keindahan yang seharusnya hadir di setiap warna dan dalam setiap masa di hidup kita menjadi tiada. Namun kehidupan tak kan pernah memaksa. Ketika kau mengingkari warnanya, kehidupan tahu pasti bagaimana seharusnya dia memperlakukanmu dengan sepantasnya.

Dia yang bijak tahu dengan pasti warna yang sedang ada di hidupnya, mengenali warna tersebut, dan menorehkan padanan warna yang serasi, sehingga dia akan melihat bahwa apapun warna di hidupnya, tiap masa dalam hidupnya adalah indah. Dia yang bijak tahu karena dia belajar dari kehidupan dan Sang Pelukis Hidup.

-John-
(tulisan ini diambil dari johnote.blogspot.com)

Laboratorium Hidup

 Oleh : RT dalam Warta 190910



Liburan Lebaran beberapa waktu yang lalu saya isi dengan pergi bersama dengan keluarga, mengajak keponakan menikmati permainan yang mendidik di Kampoeng Kidz – Batu. Wahana yang luar biasa disediakan untuk membantu anak anak mengerti lingkungan hidup, bahkan membangun semangat enterpreneur.

Dalam beberapa penjelasan pemandu (siswi SMA Selamat Pagi Indonesia, tempat mereka sekolah & magang)  dikatakan bahwa wahana yang ada ini adalah LABORATORIUM HIDUP mereka, pada bidang pendidikan disitu mereka belajar tentang apa saja yang tersedia & yang mungkin dikembangkan. Pada Wahana bercocok tanam, mereka mengalami proses dari menanam – memelihara – memanen bahkan dimungkinkan untuk dikembangkan, demikian juga pada wahana lain. Pada bidang lain maka “LABORATORIUM HIDUP” ini bisa menghasilkan pendapatan, saat pengunjung datang untuk belajar (seperti yang dilakukan keponakan saya), pengunjung bisa bermain & belajar, ada manfaat yang didapatkan tetapi bagi pengelola termasuk pemandu ada manfaat yang didapatkan yaitu pendapatan dari apa yang dibayarkan. Luar biasa ide nya !

Saat mendengar kata “LABORATORIUM HIDUP” ini memberikan saya inspirasi, dengan bahasa yang lain firman Tuhan mengatakan di II Korintus 3 : 2 – 4 “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.   Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus.”

Dalam segala dinamika hidup ini mari kita jadikan diri kita/ keluarga/ pekerjaan dan lain sebagainya sebagai “LABORATORIUM HIDUP” atau “SURAT PUJIAN” karena di dalamnya terisi pengalaman belajar hidup mengandalkan Tuhan dan membuat orang juga bisa belajar dari hidup kita. Ada manfaat yang kita dapatkan & juga bermanfaat bagi orang lain. Tuhan memberkati.