Bila seseorang mendengarkan kita berbicara belum tentu mereka mengerti apa yang kita maksud. Komunikasi itu memang bisa menimbulkan kebingungan. Komunikasi itu proses saling membagi informasi sedemikian rupa sehingga orang lain bisa mengerti apa yang kita maksudkan. Untuk bisa mengerti itu diperlukan beberapa faktor, antara lain: apa yang diucapkan, siapa yang mengucapkan, bagaimana situasinya, apa saja pengalaman-pengalaman yang pernah mereka alami, anggapan, bayangan atau pikiran apa saja yang bisa ditimbulkan, adakah hambatan-hambatan yang ada atau penyaring-penyaring yang dipasang oleh mereka, dan lain-lain.
Komunikasi yang Baik bisa dilakukan dengan mengingat hal-hal:
Perhatikan apa yang akan dan sedang kita ucapkan. Kata-kata yang kita ucapkan bisa melukai orang orang. Kata-kata yang kita ucapkan bisa memberikan dampak antara lain: merusak dan mematikan semangat, membangun dan mendorong, memperbaiki penampilan, menyembuhkan luka-luka batin, membangkitkan semangat, memberi harapan jiwa yang merana, menunjukkan jalan kepada Tuhan, dan lain-lain.
Efesus 4:25-32
Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu. dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu. dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Hindari kebenaran yang tidak lengkap. Jangan mengatakan, “Sewaktu engkau mendapat kecelakaan itu ada truk yang menabrak mobil saya. Itu gara-gara kamu!” Bedakan antara fakta/kenyataan dan pendapat pribadi. Jangan mengatakan sesuatu sebagai suatu kenyataan kalau memang itu hanya sebagai pikiranmu saja. Berhati-hati dengan pernyataan yang bersifat mutlak, seperti 'Saya tidak punya apa-apa sama sekali' atau 'Saya tidak memiliki sesuatu untuk dipakai'.
Katakan apa yang perlu saja. Berbicaralah hanya untuk membangun atau untuk suatu tujuan tertentu. Hindari kata-kata yang tidak sehat atau yang menurunkan standard yang tidak bisa membangkitkan atau menaikkan semangat seseorang dan juga tidak memuliakan Tuhan. Kita tidak akan bisa mengerti pandangan orang lain jika tidak mendengarkannya dengan seksama dan sungguh-sungguh apa yang sedang dikatakannya. Percakapan itu hanya bisa berlangsung jika kita mau mendengarkan dengan sungguh-sungguh, dengan penuh perhatian, baik secara fisik maupun mental.
Bantu orang yang sedang berbicara. Bersikaplah untuk menerima dan jangan mencoba untuk memperbaiki orang lain. Sahabat sejati adalah seseorang yang mengenal semua tentang kita, mengasihi kita apapun dan bagaimanapun keadaannya, dan tidak berusaha untuk memperbaiki apa yang kurang benar dengan tergesa-gesa. Jangan menghindari pertentangan. Jika muncul pertentangan, seseorang biasanya mem-blok atau menendangnya. Kedua hal ini tidak benar. Kuncinya ialah mengarahkan perbedaaan yang ada dalam kebenaran dan kasih.
Komunikasi positif itu tidak terjadi jika engkau membebaskan emosimu kepada orang lain. Jika engkau sedang berbicara dengan orang lain, jangan biarkan pikiranmu kosong atau melayang-layang ke hal lain, atau mata melihat ke sekeliling atau membiarkan gangguan-gangguan lain masuk di dalamnya. Pusatkan hanya kepada orang yang sedang berbicara secara pribadi. Mengertilah akan orang itu. Coba untuk melihat masalah dari pandangan orang yang sedang diajak bicara. Dan yang terakhir sabarlah, komunikasi yang efektif itu tidak terjadi dengan cepat atau dengan dijadwal. Sediakan banyak waktu untuk mendengarkan tanpa memotong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.