Oleh : JLo dalam Warta 080511
Keluaran 34:21
Enam harilah lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari perhentian juga.
Banyak dari kita yang hidup dalam jaman ini, sangat sulit untuk bisa menerima prinsip Alkitab tentang hari Sabbath, mungkin dengan suatu argumen bahwa hal tersebut berlaku untuk perjanjian lama, sudah tidak up to date lagi bila dibicarakan hari ini apalagi bila di sangkut pautkan dengan kenyataan hidup.
Masalah utama dalam isu ini bukannya “tidak bisa” melainkan lebih kepada “tidak memilih” untuk berhenti atau beristirahat. Pola gaya hidup masyarakat kita sekarang adalah pencapaian kepada kemaksimalan. Dengan padatnya jadwal, aktivitas yang bervariasi, tugas yang banyak, pekerjaan ganda adalah hal yang sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari bahkan dalam kehidupan rumah tangga pelayan Tuhan juga. Oleh sebab itu sering sekali bahwa isu tentang megambil waktu teduh dengan Tuhan, atau berhenti dalam hadiratNya jarang dibicarakan sebagai suatu ”perintah” tetapi lebih menjadi ”saran”, karena saat membicarakannya pengertian kita cenderung kepada kelemahan, sebagai contoh untuk melakukan pendisiplinan seringkali ”diistirahatkan selama beberapa waktu tertentu” sebagai sanksinya.
Berbicara tentang produktivitas dalam Alkitab pun Tuhan juga sangat memperhatikan, Dia memerintahkan agar ada perhentian terhadap tanah yang ditanami.
Imamat 25:4
tetapi pada tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat, masa perhentian penuh, suatu sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah kautaburi dan kebun anggurmu janganlah kaurantingi.
Jika kita belajar tentang pertanian, ada satu saat bahwa tanah yang digunakan untuk menanam harus diistirahatkan untuk memulihkan kembali kondisi tanah tersebut, unsur-unsur penting yang membantu tanaman untuk tumbuh dari tanah tersebut yang hilang bisa mengalami pemulihan kembali, hingga pada waktu tertentu tanah tersebut bisa ditanami lagi dan menghasilkan. Ada saat-saat dimana kekuatan, jiwa dan roh kita berada pada ambang keterbatasan, sehingga terjadi kemandegan, sepertinya semua yang dikerjakan seperti sia-sia, saat itulah waktunya untuk tidak mengambil langkah apapun dan diam di hadapan Tuhan.
Tentunya dengan mengusung tema tahunan ”Improvement” ada banyak hal yang harus dilakukan, tetapi dalam menjalaninya, kita perlu waspada agar jangan menjadi kelelahan dan tidak berbuahkan apa-apa. Dalam setiap perbaikan bukan kerja kerasnya yang terutama, tetapi hikmat yang datang dari Tuhan lewat waktu teduh kita yang akan menuntun kepada tindakan perbaikan yang berdampak kepada jemaat, keluarga, dan orang-orang di sekitar kita. Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.