Oleh : Sony H. dalam Warta 061111
Quo vadis Dominee? Sebuah frasa
populer yang dipetik dari peristiwa pertemuan Rasul Petrus dengan seorang
percaya yang mengenalinya ketika hendak meninggalkan Roma. Pertanyaan yang
kurang lebih berarti : Mau ke mana, Pendeta? Benar-benar menyentakkan Petrus
bahwa Ia berada dalam arah yang salah, berada pada keputusan yang keliru ketika
berusaha meninggalkan Roma untuk menghindari penganiayaan Kaisar Nero.
Quo Vadis POWER? Kira-kira berarti : Mau ke
mana, POWER? Yang mungkin juga akan menyentakkan pikiran akan ke manakah POWER.
Berada pada jalur yang benar atau haruskah berbalik arah seperti Rasul Petrus.
Pokok pokok pikiran Pembaruan dalam tubuh
POWER :
1. POWER bukan lagi sebuah kelompok
eksklusif.
POWER atau Praise and Worship Minister
diartikan Para pelayan pujian dan penyembahan.
Pada masa yang lalu bagian ini eksklusif, terpisah dari Jemaat pada umumnya.
Ini adalah sebuah kelompok pelayanan di mana orang-orangnya berasal dari Jemaat
biasa yang terpanggil untuk terlibat dalam pelayanan Pujian dan Penyembahan,
dan tentunya memiliki skill memadai untuk dapat bernyanyi atau memainkan alat
musik atau kreatifitas lainnya. Hal ini mengacu pada perjanjian lama (PL).Di dalam
Kemah Musa terdapat kelompok Lewi yang dipilih sebagai Imam di antara suku-suku
Israel.
Orang-orang Lewi sejak Harun sampai anak keturunannyalah yang berhak untuk
menyelenggarakan Kebaktian dan persembahan korban penghapus dosa dan korban
bakaran (Kel 29, Im 8-9).Di dalam Kemah Daud terdapat sekelompok orang-orang
Lewi yang bertugas menaikkan puji-pujian dan nyanyian syukur terdiri dari para
pemusik dan penyanyi (I Taw 15-16) dan kelompok 288 penyanyi anak-anak Asaf,
Heman dan Yedutun (I Taw 25) POWER selama ini diidentikkan dengan kelompok-kelompok
di atas dan jemaat RoL di luar POWER identik dengan bangsa Israel non Lewi yang
tidak memiliki hak untuk memasuki tempat KudusNya, mempersembahkan korban
Pujian bagi Allah. Inilah yang secara tanpa disadari memisahkan POWER dari
jemaat keseluruhan. POWER dianggap memiliki hak dan tanggung jawab yang
eksklusif yaitu “membawa jemaat masuk ke hadirat Tuhan”. Faktanya jabatan Imam
ini sudah direposisi sekali dan untuk selamanya oleh Yesus dengan kematianNya
di kayu salib (Ibr 7 :11-28).
Setiap orang percaya yang telah menerima penebusan oleh darahNya, berhak dan
dapat masuk ke tempat kudusNya.
”Jadi, saudara-saudara,
oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke tempat kudus,
karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir,
yaitu diriNya sendiri”-Ibrani 10 19-20
Dapat disimpulkan bahwa di dalam Gereja
tidak ada lagi dikotomi antara POWER-jemaat biasa. Setiap POWER adalah bagian
dari tubuh Kristus dan setiap tubuh Kristus seharusnya memiliki kehidupan sebagaimana
kehidupan seorang penyembah yang benar.
RoL ke depan dapat merubah paradigma bahwa
tidak ada pengelompokkan atau dikotomi ini.
2. POWER diantara Jemaat
Dalam pertemuan ibadah hari Minggu atau pada
hari-hari yang lain, POWER berperan aktif menstimulasi dan mengkatalisasi
Jemaat untuk menyembah dan memuji Tuhan dalam Roh dan kebenaran.
Mengekspresikan dan memanifestasikan talenta dan karunia yang dimiliki oleh
setiap anggota POWER untuk mendorong Jemaat lain melakukan hal yang sama.
Mengekspresikan semua talenta dalam
bermusik, bernyanyi, menari dan lain-lain sebagai persembahan khusus ke hadirat
Tuhan maupun sebagai media manifestasi karunia di tengah setiap pertemuan.
Memanifestasikan semua karunia rohani, khususnya karunia bernubuat,berkata-kata
dalam hikmat dan dalam pengetahuan, dalam bahasa roh dan karunia untuk menafsirkannya.(
I Kor 14 )
Dalam pertemuan juga, POWER
mengaktualisasikan karunia motivasi yang ada dalam setiap anggotanya, khususnya
karunia bernubuat, melayani, mengajar, menasehati dan memimpin.
Semua ini bertujuan untuk melengkapi dan
membangun jemaat.
“Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu
berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang
mazmur,yang lain pengajaran, atau pernyataan Allah, atau karunia bahasa roh,
atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus
dipergunakan untuk membangun.” – I Kor 14 : 26
Pada prinsipnya setiap anggota jemaat ini
memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam membangun Tubuh Kristus. Jadi
tidak menutup kemungkinan suatu saat komunitas lain mengambil peran yang sama
dengan yang dilakukan POWER di tengah pertemuan ibadah.
3. Tuhanlah Audience yang sebenarnya.
Perlu disadari oleh semua bahwa dalam suatu
pertemuan ibadah, POWER tidaklah sedang entertain atau perform
suatu aksi panggung. Setiap jemaat adalah POWER dan POWER adalah semua jemaat. Yesus
Kristuslah sang audience tunggal untuk setiap lagu pujian dan penyembahan yang
dinaikkan, untuk setiap aksi dan ekspresi (tarian,gesture) yang dilakukan. Oleh
karenanya setiap kali kita “memasuki”
hadirat Tuhan diusahakan untuk tidak berpatokan pada performa dan
baik-buruknya nyanyian dan musik yang ada. Hadirat Allah adalah karunia yang dinyatakan
dan darah Yesus adalah syarat sedangkan nyanyian dan musik adalah persembahan
khusus. Kita dapat memilih menikmati Karunia itu karena telah memenuhi syarat
bukan karena membawa persembahan khusus atau hadiah.
“Worship the Lord with
gladness; come before Him with joyful songs…Enter His gates with
thanksgiving and His courts with praise; give thanks to Him and praise
His name.”-Maz 100:2,4 NIV
Bd.
“..since we have
confidence to enter the Most Holy Place by the blood of Jesus, by
a new and living way opened for us through the curtain, that is, his body”-Ibr
10: 19-20 NIV
Penggunaan kata hubung dengan (with) dan
oleh (by) pada kutipan
di atas jelas membedakan makna pujian daripada makna tubuh dan darah Yesus bagi
hadirat Allah.
Sebaliknya POWER di masa mendatang
mengembangkan talenta dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. Karena
Tuhan adalah tuan yang memiliki talenta. Matius 25:14-46 berbicara perumpamaan
tentang hal ini. Perumpamaan ini mengajarkan dengan talenta kita dapat memberi makanan,minuman
dan pakaian bagi yang membutuhkan; talenta kita adalah tumpangan
dan kunjungan bagi yang paling kekurangan. Sebagai audience,
Tuhan jelas mengetahui talenta-talenta yang tidak dikembangkan. Tuhan berhak
menuntut pengembangan talenta yang telah dipercayakanNya kepada kita.
4. Musik sebagai media.
Dunia kini adalah dunia multimedia.Ada
banyak media dapat digunakan.Ketergantungan pada satu media saja adalah langkah
mundur ke masa primitif. Sebagai contoh : Buku alkitab adalah salah satu
media untuk kita mengetahui dan mempelajari Firman Tuhan(FT). Kalaupun buku
tersebut tidak ada, FT dapat ditemukan melalui buku rohani,kaset pengajaran, komputer,
internet atau lainnya. Yang terpenting adalah tercapainya tujuan yaitu mengetahui
dan mempelajari FT.
Media atau alat adalah
hal sekunder yang tidak seharusnya menghalangi tercapainya tujuan.
Demikian pula halnya dengan musik di dalam
gereja. Musik dapat menjadi salah satu media untuk mengoptimalkan
karunia-karunia(baik karunia motivasi maupun karunia roh). Ini haruslah
dibedakan dengan uraian pada poin 2 dan 3 di mana musik merupakan persembahan
khusus.
Dengan musik atau nyanyian kita dapat
memimpin, menasehati, mengajar, dan bernubuat. Dengan musik dan nyanyian juga
kita dapat menyampaikan nubuatan Roh; berkata-kata dalam hikmat,dalam
pengetahuan,maupun bahasa roh; menyatakan iman dan kesembuhan di tengah jemaat.
Tapi karena musik bukan satu-satunya media, semua hal itu dapat dilakukan
dengan cara lain. Perlu diingat juga semua tadi dikerjakan oleh karena Roh
Allah bukan karena musik/nyanyiannya. Karena itu tanpa musikpun gereja
seharusnya tetap eksis.Namun demikian selama masih memungkinkan musik/nyanyian
harus berperan optimal dalam gereja.
POWER
di masa mendatang harus berperan optimal dalam karunia-karunia. Melalui kreasi
musik dan nyanyian lahir pengajaran, nasehat hikmat, nubuatan dan kesembuhan.
Hal ini tentu harus dibayar dengan hidup yang bergaul intim dengan Bapa,
disiplin rohani, pertobatan dan tindakan.
5. Keberadaan Penjadwalan dalam POWER
Seorang teman memiliki kebiasaan mengerjakan
sendiri pekerjaan rumah tangga tanpa kehadiran pembantu. Untuk itu ada semacam
konvensi di antara saudara, ayah dan ibunya tentang siapa yang menyapu rumah, mengepel
lantai, mencuci piring atau memasak di dapur. Hal ini berjalan dalam waktu yang
lama tanpa timbul konflik berarti. Apabila ada yang melalaikan tugas, selalu
ada yang menggantikan dan ada saling pengertian. Ini tidak berarti apabila dia
indisipliner tidak ada reaksi apapun.
POWER di dalam keluarga besar RoL berfungsi dengan
suasana kekeluargaan. Namun karena melibatkan banyak orang, jadwal tak
tertulis/terencana tidaklah memungkinkan. Jadwal dibuat untuk kelancaran dan
ketertiban, sama sekali tidak dimaksudkan untuk menjadi ikatan atau aturan
birokrasi gereja. Anggota POWER yang dijadwalkan berusaha berfungsi dengan
penuh rasa tanggung jawab dan komitmen pada keluarga.
Jadwal dapat ditiadakan apabila anggota
POWER berfungsi maksimal di mana setiap anggotanya selalu hadir dalam setiap
pertemuan ibadah dan mengambil peran-perannya dengan atau tanpa diminta. Pada
tahapan berikutnya, jadwal ditiadakan karena setiap anggota jemaat dapat
mengambil peran POWER secara proaktif. Kondisi seperti ini tentunya memerlukan
proses dan waktu, namun bukanlah sebuah utopia belaka.
6.
Busana adalah ekspresi
Selain diciptakan untuk menutupi tubuh, dunia modern
mengenal busana sebagai ekspresi dari pemakainya. Busana POWER tidak mesti
berbeda dari Jemaat yang lain. Karenanya tidak ada ketentuan pula POWER harus
tampil lebih necis dan keren, atau lebih slengean dan amburadul. Dalam
berbusana POWER mengekspresikan nilai nilai gereja, rasional dan sesuai gambar
dirinya. Ada
kalanya POWER sebagai satu kesatuan tim menggunakan busana yang senada atau
seragam,tentunya ini disertai dengan motivasi rasional dan memiliki tujuan yang
jelas. Misal: mengekspresikan nilai “kekudusan” kepada jemaat dengan berbusana
serba putih, mengekspresikan nilai “kebangsaan” kepada jemaat dengan berbusana
serba batik. Hal ini harus disadari sebagai bahasa eksplisit yang tidak relevan
diperdebatkan. note:
POWER adalah Tim Praise and Worship yang ada di Gereja kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.