Ikhlas

Oleh : YFH dalam Warta 010810

"Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."

Ada kerelaan untuk menerima apapun yang Tuhan berikan dalam hidup mereka, sekalipun itu berarti kematian. Situasi boleh berubah menjadi buruk dan tidak menguntungkan, tetapi mereka memilih tetap tulus dan bersih hatinya dihadapan Tuhan.

Konsep ikhlas juga terdapat di dalam Perjanjian Baru. 
Lukas 9:23 menulis:
"Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku."


Ada dimensi ikhlas di sini. Ikhlas untuk menyangkal diri dan memikul salib. Kedua hal itu bukan pekerjaan yang memberi rasa enak bagi badan kita. Bayangan yang muncul dari kata memikul salib adalah rasa berat yang harus ditanggung. Apalagi di ayat tersebut ditegaskan bahwa orang yang mau mengikut Yesus harus melakukan ini setiap hari!

Di lain sisi, keikhlasan bukanlah berarti tanpa berusaha. Pengikut Kristus tetap perlu bekerja untuk menyatakan kasihNya dalam dunia. Bedanya, orang yang ikhlas menyerahkan hasil kerja kepada sang Pencipta. Apapun yang terjadi dia tetap bersyukur.

Tulisan ini saya tutup dengan kutipan dari seorang tokoh nasional Indonesia yang memfokuskan diri dalam bidang spiritual. Dia bilang: “Berbeda dengan pikiran yang serakah memilih sukses di atas gagal, benar di atas salah, baik di atas buruk; keikhlasan, ia tidak saja tidak memilih, bahasanya hanya satu: semuanya sudah, sedang, dan akan berjalan sempurna!”

Biarlah kita semua mau belajar untuk menjadi pribadi-pribadi yang ikhlas.
Amin. GBU.

- YFH -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.